Tugu Kemilau Songket Terpanjang Melayu Pekanbaru |
Tugu Kemilau Songket Terpanjang Melayu Pekanbaru yang terletak di persimpangan bundaran Jalan SM Amin, menjadi ikon kebanggan Kota Pekanbaru yang sarat akan nilai-nilai luhur bersama Tugu Ikan Selais yang merupakan kenang-kenangan dari Wali Kota Pekanbaru Drs Herman Abdullah, MM pada saat penghujung berakhirnya jabatannya sebagai walikota pekanbaru.
Pembangunan tugu ini bermula disaat Evie Meiroza mendapatkan hadiah Upakarti dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono tahun 2009 kemarin atas dedikasi dan kirpahnya dalam mengembangkan kerajinan tenun songket. Setelah menerima penghargaan itu, timbul suatu keinginan untuk melestarikan songket ini dalam bentu fisik yang diabadikan pada masyarakat Pekanbaru, kelak jika tak menjadi istri pejabat Wali Kota. Niat dan keinginan itu disampaikan pada Wali Kota Pekanbaru Drs Herman Abdullah MM, dan mendapat respons positif. Gayungpun bersambut, Herman langsung berdiskusi dengan Sekko Yusman Amin membicarakan masalah itu. Setelah itu dibawa dalam rapat bersama SKPD untuk menyampaikan keinginan itu, dan ditunjuklah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Ir Dedi Gusriadi MT, untuk melaksanakan kegiatan itu.
Tugu Songket dirancang dan dibangun dengan lambang-lambang yang mengandung falsafah yang sarat dengan nilai-nilai luhur, adapt dan budaya Melayu yang islami, sesuai dengan ungkapan; ‘’Adat bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah’’.
Makna yang terkandung dalam Tugu Songket ini adalah; Kubah yang mencerminkan bangunan lazim dipakai dalam rtumah-rumah ibadah orang Melayu, terutama Masjid. Kemudian kaligrafi, bertuliskan kalimat Allah dan Muhammad merupakan cerminan dari orang-orang Melayu yang kokoh menganut agama Islam, memuliakan Allah SWT dan rasulnya serta menunjukkan perpaduan adapt serta budidayannya dengan Islam.
Kemudian Payung bersegi 12, ini mencerminkan pengayoman, perlindungan, perhatian, dan kepedulian sepanjang (12 bulan) terhadap seluruh lapiisan masyarakat agar terpelihara dari bala bencana, sehingga dapat diwujdukan kehidupan yang aman dan damai sejahtera lahiriah dan batiniahnya. Selain itu juga Upakarti; yakni tanda penghargaan dari Presiden RI, sebagai cerminan keberhasilan kerjasama antara pemimpin dan rakyat dalam mewujudkan kota yang bersih, aman dan nyaman dengan disiplin yang tinggi menganggkat harkat, martabat, tuah marwah masyarakat yang berbilang kaum dan suku bangsa di pekanbaru kota bertuah khasnya, Riau pada umumnya.
Tiang utama segi delapan mencerminkan tuah dan marwah Pekanbaru kota bertuah, sebagai ibukota provinsi Riau yang memancar delapan penjuru mata angin. Kemudian songket dengan motif-motif utamanya yang melilit tiang utama, mencerminakan jati diri kemelayuan dengan keberagaman nilai-nilai azas dan budaya Melayu, yang menjadi pengawal, penjaga, pelindung dan pemelihara Pekanbaru kota bertuah dari berbagai cabaran dan tantangan.
Tiga unsur lilitan songket merupakan cerminan dari tiga unsur yang mendukungnya; pemerintah, ulama dan adapt, yag lazim disebut tali berpilin tiga atau tiga tungku sejarangan.
Kelopak bunga terletak yang mengelilingi kaki tiang utama; cerminan dari kesantunan, kelemahlembutan budi pekerti, kehalusan dalam berbahasa, kesucian dan kebersihan hati, keramahtamahan dalam pergaulan, menjadi azas kemulian sifat, adan dan budaya Melayu yang dapat mengharumkan namanya sepanjang zaman.
Kitab salawat badar dengan bingkai Asmaul Husna; cerminan dari budya Melayu yang beraaskan Islam yang menjadikan islam sebagai jati diri kemelayuannya. Makna lain ialah, cerminan orang Melayu yang taat setia mengabdi pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, serta Muhammad SAW. Rasul penbutup yang menjadi teladan sepanjang zaman, serta memberi rahmat bagi sekalian alam.